Rajutan Kisah Sang Pengemong dalam Bedah Buku ‘Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan’

HUJAN yang mengguyur Gedangan mulai reda, matahari sore kembali tampak sinarnya, para santri berduyun-duyun memadati aula utama Pondok Pesanteren Edi Mancoro.

Acara penutupan asramanisasi— posonan, dikemas berbeda dari tahun sebelumnya. Pada kesempatan kali ini mendatangkan Luqman Hakim, S.Ag yang menjabat sebagai anggota DPR RI sekaligus alumni pesantren, Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teologi UKSW dan Ahmad Faidi, M.Hum selaku penulis buku.

Acara yang bertajuk Bedah Buku ‘Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan’ digelar di Aula Utama Pondok Pesantren Edi Mancoro bertepatan pada Rabu 21 Ramadhan 1444 H atau 12 April 2023 M. Sudah menjadi tradisi Pesantren Edi Mancoro, setelah tanggal 21 Ramadhan akan ada perpulangan santri, maka dari itu acara disambut dengan penuh antusias.

Momen yang ditunggu tiba, acara bedah buku dimulai, para santri tak sabar mendengarkan kisah-kisah heroik muassis pesantren semasa hidup yang belum pernah mereka jumpai. “Saya belum pernah sama sekali berjumpa langsung dengan almaghfurlah K.H Mahfud Ridwan,” seru Dimas Bayu selaku moderator ketika membuka acara.

Ahmad Faidi, penulis buku Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan mengawali presentasinya dengan menceritakan perjuangan Kiai Pengemong Masyarakat dengan penuh kenangan dan mendalam.

“Interaksi saya dengan Kiai Mahfud secara langsung sekitar 6 bulan, interaksi yang singkat tersebut membuat saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud, akan tetapi saya menemukan fakta di lapangan, banyak responden-respondon yang tidak bisa diwawancarai oleh temen-teman santri saat itu, karena ketika ditanya tentang sosok Kiai Mahfud mereka tidak bisa bercerita, yang ada hanya kucuran air mata,” kenang Faidi dari pengalamannya menyusun buku.

Perjalanan menulis buku biografi tersebut begitu berat bagi Faidi. “Saya pernah mau mengundurkan diri, karena saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud,” ujar Faidi dengan penuh tekanan. Hal tersebut dikarenakan Faidi tidak pernah berada dibawah asuhan Kiai Mahfud.

Satu langkah penuh keyakinan untuk melanjutkan buku tersebut diambil. “Alhamdulilah, mungkin inilah maksud Gusti Allah, saya tidak dipertemukan langsung dengan Kiai Mahfud agar saya nyantrinya belakangan saja,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

“Menulis biografi tersebut menjadi wasilah saya mondok di Edi Mancoro, seakan-akan saya langsung ngaji kitab dibawah arahan beliau, bukan hanya ngaji kitab seakan-akan saya diberi kesempatan untuk ngaji kehidupan dibawah tuntunan beliau, pertemuan 6 bulan memberikan pengalaman batin yang luar biasa bagi saya,” sambungnya.

Faidi juga memaparkan bahwa ajaran yang dibawa Kiai Mahfud adalah ajaran tentang cinta. “Beliau membawa agama cinta, tidak pernah mempertimbangkan dampak logis dari kebaikan, semua kalangan tak terkecuali mendapat pengayoman, tidak lagi ada pertimbangan rasional dalam berjuang di jalan cinta,” pungkas penulis buku biografi.

Ruangan mendadak hening, kenangan tentang sosok Kiai Pengemong Masyarakat memenuhi ruang-ruang imajiner para santri. Imajinasi mereka dibawa pada ruang dan waktu yang belum pernah dijumpai, akan tetapi merasa begitu dekat. “Kang ada tisu nggak?”, tanya seorang santri yang matanya mulai berkaca-kaca.

Izak Lattu seorang akademisi, pendeta dan pegiat lintas iman, mendapat giliran untuk membedah buku biografi. Berbeda dengan Faidi, Izak Lattu sudah lama berkenalan dengan Kiai Mahfud. Awal mula perjumpaan keduanya ketika Izak Lattu menjadi wartawan di Post Kita. “Saya banyak belajar dari Kiai Mahfud ketika saya menjadi wartawan, karena saya sering wawancara beliau,” kenang Izak Lattu.

Izak Lattu banyak memaparkan tentang aspek akademis dan lintas iman dari sosok Kiai Mahfud. Sebagai seorang wartawan, momen paling tidak terlupakan ketika Izak mewawancarai Kiai Mahfud saat kedatangan Gus Dur di Gedangan.

“Gus Dur kesini (red: Ponpes Edi Mancoro) pada tahun 2000 saat menjabat sebagai presiden, saat itu banyak orang yang bertanya, ada apa dengan Gedangan kok Gus Dur sampai datang kesana, ketika saya mewawancarai Kiai Mahfud, ternyata Gus Dur sahabat Kiai Mahfud ketika belajar di Baghdad,” ungkapnya dari pengalaman 23 tahun yang lalu.

Kiai Mahfud dan Gus Dur merupakan sahabat seperjuangan dalam belajar di Baghdad. “Setelah Kiai Mahfud belajar dari Mekah dan Gus Dur dari Al Azhar, mereka bertemu di Baghdad untuk menimba ilmu. Saat itu, Baghdad menjadi pusat pertemuan filsafat, membangun Al- Quran disatu sisi dan filsafat barat disisi yang lain, yang membentuk sosialisme Islam,” jelas Izak Lattu dengan penuh semangat.

Tak ayal pemikiran yang dibawa Kiai Mahfud tentang kebebasan yang kemudian beliau praktekkan dalam wujud tindakan. “Sejak kuliah sampai dengan akhir hayatnya, pikiran beliau melampaui ruang-ruang sosial dan tidak parokial— tidak pada satu komunitas tertentu,” papar Izak.

Menurut Izak Lattu, kebebasan beragama menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian khusus dari Kiai Mahfud. “Forum Gedangan menjadi contoh keseriusan Kiai Mahfud dalam meletakkan pondasi penting penyeimbang relasi sosial lintas iman di Salatiga,” terangnya kepada para santri.

Bahkan menurut Izak Lattu, Forum Gedangan menjadi salah satu forum pelopor di Indonesia yang mencoba membangun relasi lintas iman. “Sebelum adanya isu moderasi, relasi lintas iman sudah dipraktekkan sejak dulu oleh Kiai Mahfud, beliau adalah orang yang berintegritas tinggi, memberikan konsep tidak hanya dalam pikiran tetapi juga dalam wujud tindakan,” pungkas Dekan Teologi UKSW disambut gemuruh tepuk tangan para santri.

Hujan benar-benar reda saat pembicara ketiga mulai membedah buku, para santri kembali menyimak dengan serius, karena yang menjadi pembedah yang akhir ini adalah alumni pesantren. Luqman Hakim menjadi politisi PKB yang sekarang duduk di kursi DPR RI dulunya merupakan santri Kiai Mahfud.

Awal mula nyantri di Gedaangan, Luqman terkejut dengan sikap Kiai Mahfud yang begitu tawadhu’. “Pengalaman hari pertama nyantri, saya melihat Kiai Mahfud bersih-bersih kebun salak di pagi hari sendirian dan tidak menyuruh santri, ketika saya bertanya pada senior pesantren, hal tersebut biasa beliau lakukan,” kenangnya dari pengalaman tersebut.

Pengalaman itulah yang membuat Luqman mengangkat Kiai Mahfud sebagai guru spiritualnya sampai sekarang. Kiai Pengemong Masyarakat tersebut punya integritas yang tinggi, aku Luqman, sejalannya pikiran, ucapan dan perbuatan serta dilandasi dengan keikhlasan.

“Pernah beliau cerita kepada saya, didatangi seseorang mau dikasih mobil, nggak diterima, waktu itu saya tanya, kenapa pak nggak diterima, jawabnya ‘alah man mobil ki nggo opo, nek ndue malah gak penak, mikir pajek, mikir perawatan, seng penting awake dewe yen butuh ono man’ itu jawaban beliau,” ungkap Luqman.

Menurut pengakuan Luqman, dalam kerja-kerja sosial, Kiai Mahfud pernah diperintah Gus Dur untuk membuat forum kiai-kiai se-Indonesia. “Saya memberanikan diri bertanya pada Kiai Mahfud soal pendanaan forum tersebut, jawabnya ‘tenang man masih ada sawah nanti dijual untuk kegiatan’ itu jawaban beliau,” kisah Luqman kepada para santri.

Kiai Mahfud merupakan putra dari tuan tanah di Pulutan, warisannya banyak dalam bentuk tanah, akan tetapi banyak berkurang karena untuk membiayai kegiatan sosial kemasyarakatan. “Untuk kegiatan yang konteksnya maslahat untuk umat, lalu beliau tunjuk sawahnya yang masih ada untuk pembiayaan kegiatan, menurut beliau hal tersebut sebagai bentuk pengabdian pada Allah, pengabdian pada Islam, pengabdian pada masyarakat, pengabdian pada NU,” jelas Luqman yang nyantri di Gedangan sejak 1992.

Pendiri Pesantren Edi Mancoro menjadi sahabat dekat Gus Dur di Baghdad saat itu, Luqman punya kisahnya. “Saya pernah mendapat cerita dari Kiai Mahfud, dulu ibunya Gus Dur kalo ngirim uang diserahkan pada Kiai Mahfud, Gus Dur kalo butuh uang tinggal minta pada Kiai Mahfud,” terang Luqman.

Sambil menirukan Kiai Mahfud Luqman melanjutkan “Gus Dur dulu mintanya ke Kiai Mahfud ‘kang njaluk duwite arep tuku buku, kang njaluk duwite arep jajan, lho man, tapi mas Dur gak penah takon duite ijeh pora’ itu menggambarkan kedekatan mereka berdua,” sambungnya.

Anggota DPR RI tersebut juga menceritakan perjalanan Kiai Mahfud dalam kancah politik, dimana Kiai Mahfud pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Semarang dari tahun 1977-1982, akan tetapi beliau mengundurkan diri. “Beliau tidak melanjutkan karena tidak adanya integritas dalam DPRD, ucapan dan perbuatan tidak sejalan, dari situ Kiai Mahfud memilih untuk mengundurkan diri,” papar Luqman.

Selain menjadi anggota DPRD Kabupaten Semarang, Kiai Mahfud juga berkontribusi untuk lahirnya partai PKB. Kiai yang juga disebut Sang Pengemong tersebut ikut serta dalam perintisan embrio PKB yang dimulai pasca orde baru tumbang.

“Kiai Mahfud pernah ikut mempelopori cikal bakal perintisan PKB di Tegalrejo, beliau salah satu yang ikut merintis PKB dari awal, walaupun selanjutnya beliau tidak duduk dikepengurusan, karena beliau sadar ada kebutuhan lain yang lebih penting, Kiai Mahfud mengajari bahwa politik juga penting walau tidak memimpin,” terang Luqman.

Sebagai alumni yang pernah menimba ilmu langsung pada Kiai Mahfud, Luqman Hakim berpesan kepada para santri agar selalu mengingat sejarah perjuangan muassis pesantren. “Menggali sejarah kehidupan beliau menurut saya akan sangat bermanfaat. Apapun jalan hidup yang kalian pilih, pasti ada sisi Kiai Mahfud yang dapat dijadikan pedoman karena beliau merupakan tauladan paripurna,” pungkas Luqman Hakim, alumni Pesantren Edi Mancoro.

Gemuruh tepuk tangan begitu riuh memenuhi aula pesantren. Kegiatan bedah buku usai dengan penuh makna bagi para santri. Kisah-kisah dari Sang Pengemong akan dikenang sebagai refleksi kehidupan. Kegiatan ditutup, disambut rintik hujan yang kembali mengguyur Gedangan, mengguyur Pesantren Edi Mancoro. (Thoriq)

Pendaftaran Santri Baru 2023

A. ALUR PENDAFTARAN SANTRI BARU 

  1. Pendaftar bersama orang tua/wali datang ke kantor Tata usaha menemui Panitia Pendaftaran.
  2. Mengisi formulir pendaftaran dan menyelesaikan administrasi.
  3. Peserta bersama orang tua atau wali sowan ke Ndalem Kyai didampingi panitia PSB.
  4. Penempatan Kamar.
  5. Tes KDII.
  6. Sosialisasi Kepesantrenan dan Kelembagaan.
  7. Sowan ndalem jam 15:00-17:30 wib
  8. Jam Operasional Yayasan 09.00-17.00 wib

B. KETENTUAN SANTRI 

  1. Beriman kepada Allah SWT
  2. Mendapatkan Izin dari Orangtua
  3. Tidak menghadapi masalah hukum
  4. Mengikuti program khidmah/ pengabdian
  5. Bersedia mengikuti tata-tertib pondok pesantren
  6. Bersedia mengikuti tes
  7. Diperbolehkan Melakukan perizinan pulang setelah 40 hari menetap di pondok
  8. Buka pendaftaran mulai 5 Mei-5 Juli 2023
  9. Waktu pendaftaran setiap hari – 09:00-12:00 dan 13:00-17:00

C. SYARAT PENDAFTARAN

  1. Fotocopy KTP (1 lembar)
  2. Fotocopy KK (1 lembar)
  3. Foto Background Merah 3×4 (3 lembar)
  4. Fotocopy Ijazah/NISN (1 lembar)
  5. Mengisi Formulir Pendaftaran 
  6. Menyelesaikan Administrasi
  7. Mengisi Surat Pernyataan (File Bisa di Diunduh di bawah ini)
    a. Surat Pernyataan Santri
    https://bit.ly/2AqAZu0
    b. Surat Pernyataan Wali Santri
    https://bit.ly/2UDi5qL
    c. Surat Pernyataan Pengabdian
    https://bit.ly/3dVQhpi

D. BIAYA PENDAFTARAN

  1. Santri Baru
    Biaya Administrasi Rp75.000
    Sarana Prasarana Rp350.000
    Infaq Rp700.000
    Syahriyah Rp150.000
    Registrasi KDII Rp100.000
    Perpustakaan Rp50.000
    KTS Rp15.000
    Kalender 2024 Rp30.000
    Kesehatan  Rp50.000
    Jaz Almamater Rp250.000
    Simpanan Wajib Koppontren Rp10.000
    Pembuatan Buku Doa Rp20.000
    Buku Biografi KH. Mahfud                     Rp100.000
    TOTAL Rp 1.900.000
  2. Santri Lama
    KDII Rp100.000
    Syahriyah Rp150.000
    Kalender          2024 Rp30.000
    Kesehatan Rp50.000
    TOTAL Rp330.000

E. BIAYA BULANAN

Syahriyah Pondok Rp150.000

Tiga Acara : Bersatu dalam Peresmian Edi Mancoro 2

Semarang, EM Pers-Acara peresmian Pondok pesantren Edi Mancoro 2 serta Peringatan Maulid Nabi muhammad SAW dan Hari Santri Nasional yang di meriah oleh grub rebana al badar dan SK(seloso kliwon), dilaksanakan di Edi mancoro 2, (25/10/21) malam.

Daroji selaku lurah desa gedangan mengatakan bahwa santri diharapkan begitu lulus dari pendidikan santri ataupun perguruan tinggi diharapkan mampu berwirausaha dan mampu menciptakan lapangan kerja”. Ungkapnya.

Bahwa beberapa hari yg lalu di desa kita mengalami gempa, jangan panik dan jangan terlalu percaya dengan berita hoax”. Ungkap lurah gedangan.

K.H Muhammad Hanif mengatakan bahwa atas nama keluarga besar meminta kepada masyarakat bahwa pada tahun ini beberapa kegiatan akan dilaksanakan diedi mancoro 2 dan sekarang ada sekitar 6 orang yang sudah mendiami edi mancoro 2 . Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada masyarakat yang sudah memberikan tenaga, meterial dan lainnya, dan saya mengapresiasi para tukang-tukang yang sudah membantu berdiri nya edi mancoro 2″. Ungkapnya.

H. Aji Nugroho mengatakan bahwa dalam kitab yang saya baca, kenikmatan yang luar biasa adalah saat allah mengutus nabi muhammad SAW. Sehabat nabi berkata:” siapa yang merayakan maulid nabi maka dia telah ngurip-ngurip islam.

Guru yang tepat adalah guru yang jelas riwayat pendidikan nya sehingga memperoleh pemahaman yang bener, dan yang sudah dijamin jelas keilmuan adalah pesantren”. Ujarnya.

Dina zahrotul selaku santri putri menceritakan bahwa betapa meriahnya acara peresmian Edi mancoro 2 ini, karena permulaan acara, santri pawai menggunakan obor menuju Edi mancoro 2, harapan saya semoga Edi mancoro semakin maju dan bermanfaat bagi orang banyak. (Mira/Red)

Webinar Literasi Digital Kominfo, Kiai Hanif Serukan “Think Globally, Act Locally”

Kab. Semarang, EM Pers- Dalam kesempatan mengisi materi di Webinar Literasi Digital Kominfo, Kiai Hanif mengingatkan perihal  “Think Globally, Act locally”. Artinya kita harus punya kemampuan berpikir global agar ladang wawasan kita tidak hanya dari satu persperktif, namun tetap harus mempertahankan kearifan lokal.

“Dalam hal ini adalah tidak melupakan budaya-budaya ketimuran dalam berinteraksi pun atau mengaktualisasikan budaya menjadi konten digital,” ujar Ketua Pemuda Ansor Kab Semarang itu.

Selain itu, ia juga mengingatkan untuk ber-tabayyun terhadap segala informasi. Sebagai bagian dari budaya digital, prinsip dasar pembuatan konten itu adalah paham dalam mengekstrak ide baik secara implisit maupun eksplisit dari media.

Baginya memiliki intuisi proteksi dalam membagikan informasi dan pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif adalah keharusan. “Kita harus memiliki kemampuan kurasi informasi serta menyimpannya agar dapat diakses kembali,” tuturnya.

Dalam webinar bertema “Membuat Konten Agama yang Positif di Media Sosial” (25/10/2021) ini juga mengundang beberapa narasumber lain. Di antaranya Eko Sugiono (Digital Marketer Expert), Abdul Rohim (Redaktur Langgar.co), M. Aziz Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), serta Cindy A. Endge (Content Creator) sebagai key opinion leader.

Eko Sugiono, seorang digital marketer expert mengungkapkan mengenai bagaimana kita bisa menghindari berita hoaks dengan mengetahui ciri-cirinya. “Salah satunya adalah jangan langsung percaya terhadap berita yang didalamnya menjelek-jelekan pihak lain,” katanya.

Selanjutnya, M. Aziz Nasution berpendapat bahwa tidak semua konten agama mengandung unsur dakwah yang menyejukkan dan mengajak kepada ketaatan. Maka, ia pun mengajak untuk senantiasa mempertimbangkan etika dalam membuat konten digital. “Maka mari kita berdigital mengunakan etika atau kemampuan dalam mencontohkan dan mempertimbangkan tata kelola digital dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya. (Mira, Annas/Red)

Kiai Hanif Ingatkan Santri untuk Senantiasa Meneladani Nabi Muhammad

Semarang, EM Pers – Kiai Muhamad Hanif mengajak santri meneladani sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW. Hal itu beliau sampaikan saat mauidhoh hasanah dalam rangka Peringatan Maulid Nabi. Rangkaian kegiatan telah dilaksanakan, termasuk bersholawat bersama di aula setiap malam selama kurang lebih 2 minggu.

“Sejelek-jeleknya menusia pasti akan memperoleh syafa’at dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW,” jelasnya, Senin (18/10/21) malam.

Menurutnya, peringatan maulid ini dapat membukakan mata terkait peran sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Ia adalah seorang panutan yakni shidiq, amanah, fatonah, dan tablig.

Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang keutamaan membaca sholawat. Beliau menegaskan jangankan manusia, Allah SWT dan malaikat saja bersholawat kepada Muhammad SAW.

“Makhluk yang paling dicintai Allah adalah Nabi Muhammad Saw. Tentu segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi Muhammad pasti selalu banyak faedah di dalamnya. Tentu kita berharap kita akan menjadi golongan beliau di Yaumul Qiyamat nanti,” tuturnya.

Intan Permata Sari (18) selaku santri mengatakan pembacaan sholawat adalah bentuk rasa cinta kepada Nabi Muhammad. “Semoga dapat mencontoh perilaku beliau dan memperoleh syafa’at-nya di akhir nanti,” ujarnya. (Mira, Indah, Anas/Red)

Senandung sholawat memperingati maulid nabi Muhammad SAW

Semarang, EM Pers- Kegiatan Pembacaan Dziba’ dan Al-Berzanji dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, dilaksanakan diaula utama Pondok Pesantren Edi Mancoro, (18/10/21) Malam.

K.H Muhammad Hanif selaku pengasuh mengatakan bahwa “Mari kita bersyukur kepada allah karena pada hari ini kita sudah masuk bulan maulid, dan semoga kita selalu senantiasa diberikan kesehatan”. ungkap beliau.

Fadilah membaca sholawat, jangan kan kita, allah berserta malaikat pun ikut bersholawat kepadanya. Makhluk yg paling dicintai allah adalah nabi muhammad saw, tentu segala sesuatu yang berkaitan dengan nabi muhammad pasti akan selalu banyak faedah didalam nya, tentu kita berharap kita akan menjadi golongan beliau diyaumul Qiyamat nanti.

Sejelek-jeleknya menusia pasti akan memperoleh syafaat dari kanjeng nabi muhammad saw, peringatan maulid ini kita juga harus merealisasikan peran sosial politik dan budaya, karena selain sorang nabi dia juga ada seorang pemimpin politik, dimensi ekonomi nabi muhammad merupakan panutan yakni shidiq, amanah, fatonah, dan tablig. Maka harus patut kita contoh aspek ekonomi dari beliau.

Intan permata sari (18) selaku santri mengatakan bahwa “pembacaan sholawat adalah bentuk rasa cinta kita kepada nabi muhammad, semoga dapat mencontoh perilaku beliau dan memperoleh syafaat nya di akhir nanti”. ujarnya. (Mira, Indah, Anas/Red)

Memeriahkan Kemerdekaan Wujud Cinta pada Negeri

Kab. Semarang, EM Pers- Acara Malam Tirakatan memperingati HUT RI Ke-76 malam ini mengususung tema “Menebar Semangat Kemerdekaan Santri Dalam Membangun negeri”, acara ini diadakan di Aula Utama Pondok Pesantren Edi Mancoro, Senin (16/08/21). Acara yang dimeriahkan oleh grub rebana Al Badar dan grup Seloso Kliwon (SK) ini menjadi salah satu wujud Hubbul Wathon Minal Iman santri Ponpes Edi Mancoro.

Kiai Muhammad Hanif, selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro bersyukur karena kita dapat memeriahkan kemerdekaan ini dengan keadaan sehat wal afiat. “Mensyukuri kemerdekaan itu adalah bagian dari iman yang disebut hubbul wathon minal iman,” tuturnya.

“Jika tidak ada peran ulama maka bisa jadi indonesia tidak akan merdeka seperti saat ini, menggelorakan lagu kemerdekaan seperti subhanul wathon dapat menjadikan kita lebih semangat dihari kemerdekaan,” lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Kiai Hanif juga menjelaskan perihal perjuangan para ulama untuk mengusir para penjajah.

“Para ulama mengatakan bahwa penjajah yang masuk di indonesia adalah sebagai penggosop yang patut diusir dari tanah air tercinta kita,” terangnya.

Ia mengatakan meskipun Ponpes Edi Mancoro masih bagian kecil dari berbagai pondok pesantren di luar sana, ia mengingatkan bahwa kita patut bangga menjadi bagian dari sejarah Edi Mancoro.

“Di hari kemerdekaan ini kita harus memposisikan bahwa kita adalah santri yang harus terus belajar dan berdoa demi kesalamatan bangsa,” ungkapnya.

Safira ulfa izatunnisa(21) mengatakan malam tirakatan kali ini sangat berbeda karana masih pada masa pandemi. Namun hal itu tidak mematahkan semangat santri dalam menyambut kemerdekaan, dengan antusias dan penuh semangat menyanyikan lagu-lagu nasional yang diiringi dengan grub SK (Seloso Kliwon).

“Semoga bumi pertiwi ini segera sembuh dan kita dapat merayakan hari kemerdekaan yang akan datang dengan lebih meriah tanpa adanya pandem,” harapnya.(Mira, Indah,Anas/Red)

Momentum Idul Adha Sebagai Wujud Meningkatkan Iman dan Imun Kita

Kab. Semarang, EM Pers– Pelaksanaan sholat ied dan penyembelihan hewan kurban, di masjid Darussalam, Desa Gedangan selasa (20/07/2021)pagi, dilakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, memakai masker, jaga jarak dan adanya pembatas jamaah sholat.

Muhammad Hanif selaku pemimpin khutbah menghimbau untuk lebih waspada, berhati-hati dan disiplin memenuhi anjuran dan aturan pemerintah.

“Ibadah qurban disyariatkan sebagai saran taqorob (mendekatkan diri kepada allah) sebagai bukti kepatuhan kepada allah, berqurban memiliki dua manfaat yakni hablum minaallah dan hablum minannas“ungkapnya.

Saifudin selaku panitia penyembelihan hewan kurban mengatakan bahwa hewan kurban ini dari iuran masyarakat yang dikumpulkan, kemudian dibelikan sebanyak 7 ekor sapi. Sedangkan 2 ekor sapi lagi dari notaris dan kemenag. Jadi, total keseluruhannya berjumlah 9 ekor sapi, 7 ekor kambing, dan 2 ekor kambing sebagai akikah.

“Panitia pada kali ini hanya diambil dari lingkup 1 RW di Bandungan lebih sedikit dibanding tahun kemarin,” tuturnya.

Meli Ekhsanti(20) mengatakan bahwa Dampak pandemi ini sangat terasa sekali salah satunya, yang biasanya bisa melaksanakan sholat ied beramai-ramai di masjid, sekarang hanya dilakukan di dalam pondok saja.(Anas,Mira,Indah/RED)

PP Edi Mancoro Hadirkan Habib Umar Muthohar di Haflah Akhirussanah 1442 H

Kab. Semarang, EM Pers- Memperingati Haflah Akhirussanah, Khotmil Qur’an, dan  Haul Al-Maghfurlah K.H. Mahfud Ridwan Ke-4, Pondok Pesantren (Ponpes) Edi Mancoro hadirkan Habib Umar muthohar dari Semarang, pada Senin malam (31/5/2021).  

Muhammad Hanif selaku pengasuh Ponpes Edi Mancoro meminta maaf sebesar-besarnya kepada wali santri selain wali santri 30 juz bil ghoib yang tidak diperkenankan hadir langsung dalam acara dikarenakan pembatasan peserta di saat pandemi.

Habib Umar Muthohar mengatakan bahwa memakai masker mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu banyak bicara. “Karena banyak kerusakan yang diakibatkan tidak bisa menjaga mulutnya. Mari kendalikan mulut kita agar selalu mengucapkan kalimat-kalimat toyyibah,”tuturnya.

Selain itu, Habib Umar kembali mengingatkan perihal mengingat Allah. “Kau ingat dulu kepada Allah baru kau akan diingat oleh Allah, maka banyak sekali hikmah dari kita memakai masker selain mencegah dari virus covid 19,” dawuh-nya.

Dalam kesempatan kali ini ponpes Edi mancoro mampu mengkhotimatkan 108 santri dengan rincian bil nadhor 30 juz berjumlah 35, bil ghoib juz 30 berjumlah 61, dan bil ghoib 30 juz berjumlah 9.

Foto bersama peserta dan pengasuh, (31/5/2021). Doc. Panitia.

Ulfan Auladhi Achmad, selaku Ketua Pelaksana mengatakan acara ini tidak akan berjalan tanpa dukungan seluruh elemen baik santri maupun warga sekitar. “Panita  menyumbangkan 80 % kinerjanya dan yang lain dibantu oleh para sanrti dan warga sekitar,”ujarnya. (Mir’atul/Red)

Nuzulul Qur’an Sebagai Momentum Membangun Spiritual

Kab. Semarang, EM Pers- Pondok Pesantren Edi Mancoro mengadakan acara dalam memperingati Nuzulul Qur’an dengan mengangkat tema “Tadabur Qur’an sebagai Motivasi Diri untuk Meningkatkan Taqwa Kepada Allah SWT”. Rangkaian acara dilaksanakan di Aula Utama Pondok Pesantren Edi Mancoro, Kamis (29/4/21) Malam.

M. Alfan, selaku wakil ketua Asramanisasi dalam memberikan sambutan menyampaikan ucap terima kasih kepada KH. Muhamad Hanif selaku Pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro yang telah memberikan amanah kepada segenap panitia untuk menyelenggarakan acara ini.

Sebelum memasuki acara mauidhoh hasanah, ada sedikit sambutan oleh K.H Muhamad Hanif selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro. Dalam sambutannya K.H Muhamad Hanif merasa bangga kepada para panitia yang telah membantu jalannya acara ini.

Dalam mauidhoh hasanah diisi oleh K.H Miftahuddin, beliau menyampaikan proses Nuzulul Qur’an turun ke dunia. “Nuzulul Qur’an turun  ke dunia melalui dua proses yaitu Lauful mahfudz dan Baitul Izza,” ungkapnya

“Mari kita gunakan momentum turunnya Al-Qur’an untuk membangun spiritual kita untuk membangkitkan Nahdlotul Ulama,” tambahnya. (Dimas, Lu’lu, Mira/Red)