Pendaftaran Santri Baru 2023

A. ALUR PENDAFTARAN SANTRI BARU 

  1. Pendaftar bersama orang tua/wali datang ke kantor Tata usaha menemui Panitia Pendaftaran.
  2. Mengisi formulir pendaftaran dan menyelesaikan administrasi.
  3. Peserta bersama orang tua atau wali sowan ke Ndalem Kyai didampingi panitia PSB.
  4. Penempatan Kamar.
  5. Tes KDII.
  6. Sosialisasi Kepesantrenan dan Kelembagaan.
  7. Sowan ndalem jam 15:00-17:30 wib
  8. Jam Operasional Yayasan 09.00-17.00 wib

B. KETENTUAN SANTRI 

  1. Beriman kepada Allah SWT
  2. Mendapatkan Izin dari Orangtua
  3. Tidak menghadapi masalah hukum
  4. Mengikuti program khidmah/ pengabdian
  5. Bersedia mengikuti tata-tertib pondok pesantren
  6. Bersedia mengikuti tes
  7. Diperbolehkan Melakukan perizinan pulang setelah 40 hari menetap di pondok
  8. Buka pendaftaran mulai 5 Mei-5 Juli 2023
  9. Waktu pendaftaran setiap hari – 09:00-12:00 dan 13:00-17:00

C. SYARAT PENDAFTARAN

  1. Fotocopy KTP (1 lembar)
  2. Fotocopy KK (1 lembar)
  3. Foto Background Merah 3×4 (3 lembar)
  4. Fotocopy Ijazah/NISN (1 lembar)
  5. Mengisi Formulir Pendaftaran 
  6. Menyelesaikan Administrasi
  7. Mengisi Surat Pernyataan (File Bisa di Diunduh di bawah ini)
    a. Surat Pernyataan Santri
    https://bit.ly/2AqAZu0
    b. Surat Pernyataan Wali Santri
    https://bit.ly/2UDi5qL
    c. Surat Pernyataan Pengabdian
    https://bit.ly/3dVQhpi

D. BIAYA PENDAFTARAN

  1. Santri Baru
    Biaya Administrasi Rp75.000
    Sarana Prasarana Rp350.000
    Infaq Rp700.000
    Syahriyah Rp150.000
    Registrasi KDII Rp100.000
    Perpustakaan Rp50.000
    KTS Rp15.000
    Kalender 2024 Rp30.000
    Kesehatan  Rp50.000
    Jaz Almamater Rp250.000
    Simpanan Wajib Koppontren Rp10.000
    Pembuatan Buku Doa Rp20.000
    Buku Biografi KH. Mahfud                     Rp100.000
    TOTAL Rp 1.900.000
  2. Santri Lama
    KDII Rp100.000
    Syahriyah Rp150.000
    Kalender          2024 Rp30.000
    Kesehatan Rp50.000
    TOTAL Rp330.000

E. BIAYA BULANAN

Syahriyah Pondok Rp150.000

Rajutan Kisah Sang Pengemong dalam Bedah Buku ‘Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan’

HUJAN yang mengguyur Gedangan mulai reda, matahari sore kembali tampak sinarnya, para santri berduyun-duyun memadati aula utama Pondok Pesanteren Edi Mancoro.

Acara penutupan asramanisasi— posonan, dikemas berbeda dari tahun sebelumnya. Pada kesempatan kali ini mendatangkan Luqman Hakim, S.Ag yang menjabat sebagai anggota DPR RI sekaligus alumni pesantren, Pdt. Izak Lattu, Ph.D selaku Dekan Fakultas Teologi UKSW dan Ahmad Faidi, M.Hum selaku penulis buku.

Acara yang bertajuk Bedah Buku ‘Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan’ digelar di Aula Utama Pondok Pesantren Edi Mancoro bertepatan pada Rabu 21 Ramadhan 1444 H atau 12 April 2023 M. Sudah menjadi tradisi Pesantren Edi Mancoro, setelah tanggal 21 Ramadhan akan ada perpulangan santri, maka dari itu acara disambut dengan penuh antusias.

Momen yang ditunggu tiba, acara bedah buku dimulai, para santri tak sabar mendengarkan kisah-kisah heroik muassis pesantren semasa hidup yang belum pernah mereka jumpai. “Saya belum pernah sama sekali berjumpa langsung dengan almaghfurlah K.H Mahfud Ridwan,” seru Dimas Bayu selaku moderator ketika membuka acara.

Ahmad Faidi, penulis buku Jejak Ma’rifat K.H. Mahfud Ridwan mengawali presentasinya dengan menceritakan perjuangan Kiai Pengemong Masyarakat dengan penuh kenangan dan mendalam.

“Interaksi saya dengan Kiai Mahfud secara langsung sekitar 6 bulan, interaksi yang singkat tersebut membuat saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud, akan tetapi saya menemukan fakta di lapangan, banyak responden-respondon yang tidak bisa diwawancarai oleh temen-teman santri saat itu, karena ketika ditanya tentang sosok Kiai Mahfud mereka tidak bisa bercerita, yang ada hanya kucuran air mata,” kenang Faidi dari pengalamannya menyusun buku.

Perjalanan menulis buku biografi tersebut begitu berat bagi Faidi. “Saya pernah mau mengundurkan diri, karena saya tidak tau apa-apa soal Kiai Mahfud,” ujar Faidi dengan penuh tekanan. Hal tersebut dikarenakan Faidi tidak pernah berada dibawah asuhan Kiai Mahfud.

Satu langkah penuh keyakinan untuk melanjutkan buku tersebut diambil. “Alhamdulilah, mungkin inilah maksud Gusti Allah, saya tidak dipertemukan langsung dengan Kiai Mahfud agar saya nyantrinya belakangan saja,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

“Menulis biografi tersebut menjadi wasilah saya mondok di Edi Mancoro, seakan-akan saya langsung ngaji kitab dibawah arahan beliau, bukan hanya ngaji kitab seakan-akan saya diberi kesempatan untuk ngaji kehidupan dibawah tuntunan beliau, pertemuan 6 bulan memberikan pengalaman batin yang luar biasa bagi saya,” sambungnya.

Faidi juga memaparkan bahwa ajaran yang dibawa Kiai Mahfud adalah ajaran tentang cinta. “Beliau membawa agama cinta, tidak pernah mempertimbangkan dampak logis dari kebaikan, semua kalangan tak terkecuali mendapat pengayoman, tidak lagi ada pertimbangan rasional dalam berjuang di jalan cinta,” pungkas penulis buku biografi.

Ruangan mendadak hening, kenangan tentang sosok Kiai Pengemong Masyarakat memenuhi ruang-ruang imajiner para santri. Imajinasi mereka dibawa pada ruang dan waktu yang belum pernah dijumpai, akan tetapi merasa begitu dekat. “Kang ada tisu nggak?”, tanya seorang santri yang matanya mulai berkaca-kaca.

Izak Lattu seorang akademisi, pendeta dan pegiat lintas iman, mendapat giliran untuk membedah buku biografi. Berbeda dengan Faidi, Izak Lattu sudah lama berkenalan dengan Kiai Mahfud. Awal mula perjumpaan keduanya ketika Izak Lattu menjadi wartawan di Post Kita. “Saya banyak belajar dari Kiai Mahfud ketika saya menjadi wartawan, karena saya sering wawancara beliau,” kenang Izak Lattu.

Izak Lattu banyak memaparkan tentang aspek akademis dan lintas iman dari sosok Kiai Mahfud. Sebagai seorang wartawan, momen paling tidak terlupakan ketika Izak mewawancarai Kiai Mahfud saat kedatangan Gus Dur di Gedangan.

“Gus Dur kesini (red: Ponpes Edi Mancoro) pada tahun 2000 saat menjabat sebagai presiden, saat itu banyak orang yang bertanya, ada apa dengan Gedangan kok Gus Dur sampai datang kesana, ketika saya mewawancarai Kiai Mahfud, ternyata Gus Dur sahabat Kiai Mahfud ketika belajar di Baghdad,” ungkapnya dari pengalaman 23 tahun yang lalu.

Kiai Mahfud dan Gus Dur merupakan sahabat seperjuangan dalam belajar di Baghdad. “Setelah Kiai Mahfud belajar dari Mekah dan Gus Dur dari Al Azhar, mereka bertemu di Baghdad untuk menimba ilmu. Saat itu, Baghdad menjadi pusat pertemuan filsafat, membangun Al- Quran disatu sisi dan filsafat barat disisi yang lain, yang membentuk sosialisme Islam,” jelas Izak Lattu dengan penuh semangat.

Tak ayal pemikiran yang dibawa Kiai Mahfud tentang kebebasan yang kemudian beliau praktekkan dalam wujud tindakan. “Sejak kuliah sampai dengan akhir hayatnya, pikiran beliau melampaui ruang-ruang sosial dan tidak parokial— tidak pada satu komunitas tertentu,” papar Izak.

Menurut Izak Lattu, kebebasan beragama menjadi salah satu isu yang mendapat perhatian khusus dari Kiai Mahfud. “Forum Gedangan menjadi contoh keseriusan Kiai Mahfud dalam meletakkan pondasi penting penyeimbang relasi sosial lintas iman di Salatiga,” terangnya kepada para santri.

Bahkan menurut Izak Lattu, Forum Gedangan menjadi salah satu forum pelopor di Indonesia yang mencoba membangun relasi lintas iman. “Sebelum adanya isu moderasi, relasi lintas iman sudah dipraktekkan sejak dulu oleh Kiai Mahfud, beliau adalah orang yang berintegritas tinggi, memberikan konsep tidak hanya dalam pikiran tetapi juga dalam wujud tindakan,” pungkas Dekan Teologi UKSW disambut gemuruh tepuk tangan para santri.

Hujan benar-benar reda saat pembicara ketiga mulai membedah buku, para santri kembali menyimak dengan serius, karena yang menjadi pembedah yang akhir ini adalah alumni pesantren. Luqman Hakim menjadi politisi PKB yang sekarang duduk di kursi DPR RI dulunya merupakan santri Kiai Mahfud.

Awal mula nyantri di Gedaangan, Luqman terkejut dengan sikap Kiai Mahfud yang begitu tawadhu’. “Pengalaman hari pertama nyantri, saya melihat Kiai Mahfud bersih-bersih kebun salak di pagi hari sendirian dan tidak menyuruh santri, ketika saya bertanya pada senior pesantren, hal tersebut biasa beliau lakukan,” kenangnya dari pengalaman tersebut.

Pengalaman itulah yang membuat Luqman mengangkat Kiai Mahfud sebagai guru spiritualnya sampai sekarang. Kiai Pengemong Masyarakat tersebut punya integritas yang tinggi, aku Luqman, sejalannya pikiran, ucapan dan perbuatan serta dilandasi dengan keikhlasan.

“Pernah beliau cerita kepada saya, didatangi seseorang mau dikasih mobil, nggak diterima, waktu itu saya tanya, kenapa pak nggak diterima, jawabnya ‘alah man mobil ki nggo opo, nek ndue malah gak penak, mikir pajek, mikir perawatan, seng penting awake dewe yen butuh ono man’ itu jawaban beliau,” ungkap Luqman.

Menurut pengakuan Luqman, dalam kerja-kerja sosial, Kiai Mahfud pernah diperintah Gus Dur untuk membuat forum kiai-kiai se-Indonesia. “Saya memberanikan diri bertanya pada Kiai Mahfud soal pendanaan forum tersebut, jawabnya ‘tenang man masih ada sawah nanti dijual untuk kegiatan’ itu jawaban beliau,” kisah Luqman kepada para santri.

Kiai Mahfud merupakan putra dari tuan tanah di Pulutan, warisannya banyak dalam bentuk tanah, akan tetapi banyak berkurang karena untuk membiayai kegiatan sosial kemasyarakatan. “Untuk kegiatan yang konteksnya maslahat untuk umat, lalu beliau tunjuk sawahnya yang masih ada untuk pembiayaan kegiatan, menurut beliau hal tersebut sebagai bentuk pengabdian pada Allah, pengabdian pada Islam, pengabdian pada masyarakat, pengabdian pada NU,” jelas Luqman yang nyantri di Gedangan sejak 1992.

Pendiri Pesantren Edi Mancoro menjadi sahabat dekat Gus Dur di Baghdad saat itu, Luqman punya kisahnya. “Saya pernah mendapat cerita dari Kiai Mahfud, dulu ibunya Gus Dur kalo ngirim uang diserahkan pada Kiai Mahfud, Gus Dur kalo butuh uang tinggal minta pada Kiai Mahfud,” terang Luqman.

Sambil menirukan Kiai Mahfud Luqman melanjutkan “Gus Dur dulu mintanya ke Kiai Mahfud ‘kang njaluk duwite arep tuku buku, kang njaluk duwite arep jajan, lho man, tapi mas Dur gak penah takon duite ijeh pora’ itu menggambarkan kedekatan mereka berdua,” sambungnya.

Anggota DPR RI tersebut juga menceritakan perjalanan Kiai Mahfud dalam kancah politik, dimana Kiai Mahfud pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Semarang dari tahun 1977-1982, akan tetapi beliau mengundurkan diri. “Beliau tidak melanjutkan karena tidak adanya integritas dalam DPRD, ucapan dan perbuatan tidak sejalan, dari situ Kiai Mahfud memilih untuk mengundurkan diri,” papar Luqman.

Selain menjadi anggota DPRD Kabupaten Semarang, Kiai Mahfud juga berkontribusi untuk lahirnya partai PKB. Kiai yang juga disebut Sang Pengemong tersebut ikut serta dalam perintisan embrio PKB yang dimulai pasca orde baru tumbang.

“Kiai Mahfud pernah ikut mempelopori cikal bakal perintisan PKB di Tegalrejo, beliau salah satu yang ikut merintis PKB dari awal, walaupun selanjutnya beliau tidak duduk dikepengurusan, karena beliau sadar ada kebutuhan lain yang lebih penting, Kiai Mahfud mengajari bahwa politik juga penting walau tidak memimpin,” terang Luqman.

Sebagai alumni yang pernah menimba ilmu langsung pada Kiai Mahfud, Luqman Hakim berpesan kepada para santri agar selalu mengingat sejarah perjuangan muassis pesantren. “Menggali sejarah kehidupan beliau menurut saya akan sangat bermanfaat. Apapun jalan hidup yang kalian pilih, pasti ada sisi Kiai Mahfud yang dapat dijadikan pedoman karena beliau merupakan tauladan paripurna,” pungkas Luqman Hakim, alumni Pesantren Edi Mancoro.

Gemuruh tepuk tangan begitu riuh memenuhi aula pesantren. Kegiatan bedah buku usai dengan penuh makna bagi para santri. Kisah-kisah dari Sang Pengemong akan dikenang sebagai refleksi kehidupan. Kegiatan ditutup, disambut rintik hujan yang kembali mengguyur Gedangan, mengguyur Pesantren Edi Mancoro. (Thoriq)

WEJANGAN

Naak…

Tuduhan atas kematian Mallaby menjadi boomerang bagi rakyat Surabaya.

Kesepakatan pemerintah Republik Indonesia dengan Brigjen Mallaby cidera.

Inggris berjanji bahwa di antara mereka tidak terdapat angkatan perang belanda.

Kedua belah pihak setuju untuk saling menjaga keamanan dan ketenteraman.

Kontak biro akan dibentuk untuk menjamin, bahwa kerja sama dapat dilaksanakan dengan baik.

Dan inggris hanya akan melucuti senjata tentara jepang.

Haha…

Itu hanyalah bualan belaka…Berhianat pada akhirnya…

10 November 1945…

Surabaya menjadi neraka…

Bunga mawar sudah lagi tak ber aroma…

Berabad-abad rakyat pribumi menjadi kaum jajahan…

Ultimatum yang disebarkan oleh inggris seakan menambah api perlawanan…

Para pemuda dan rakyat menggalang kekuatan…

Selama banteng-banteng Indonesia, masih mempunyai darah merah…

Yang dapat menarik kayu putih…

Merah dan putih…

Semboyan pemuda tetaplah merdeka…atau mati!

Pasukan riuh bersenjata Melontarkan dengan bengis tembakan peluru menembus dada dan kepala…

Darah bercucuran…

Korban berjatuhan…

Raga tergadaikan…

Demi kemerdekaan…

Naak…

Ingatlah…

Kemerdekaan diperjuangkan bukan untuk dihancurkan!Nilai-nilai pancasila harus dijalankan…

Kedaulatan negara harus dipertahankan…

Gedangan, 09 November 2022 Oleh: Kuni_Nadhifah

UPACARA HARI SANTRI NASIONAL 2022 : BERDAYA, BERKARYA, BERJASA

Em Pers- Upacara memperingati hari santri nasional pondok pesantren Edi Mancoro. Upacara ini diikuti oleh RA, TK, SD, SMP, yang ada di desa Gedangan dan tentunya seluruh santri Edi Mancoro , dihadiri juga oleh beberapa banom NU yang ada di desa Gedangan. Adapun jargon upacara kali ini yaitu ” Berdaya, Berkarya, Berjaya”. Upacara kali ini digelar di lapangan desa Gedangan ( 22/10/22) pagi hari.

Dr. KH. Muhammad Hanif, M. Hum selaku pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro sekaligus pengisi amanat pada upacara hari mengatakan bahwa, ” Selamat hari santri untuk seluruh santri nusantara semoga santri semakin berdaya, berkarya, dan berjaya untuk mewujudkan Indonesia yang semakin jaya,” tutupnya.

Qurotu’ Aini salah satu santri Edi Mancoro sekaligus peserta upacara menuturkan, ” Hari santri di lapangan desa Gedangan ini berjalan dengan khidmat, dan bermakna bagi santri untuk mewujudkan Indonesia yang semakin jaya,” jelasnya kepada reporter EM pers. (Lestari/Nabila/Red)

HARI SANTRI NASIONAL 2022 : BERDAYA MENJAGA MARTABAT KEMANUSIAAN

Em Pres-Malam Puncak Hari Santri Nasional Pondok Pesantren Edi Mancoro, acara ini diikuti oleh seluruh santri Edi Mancoro. Adapun tema acara ini yakni, “Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”. Salah satu pengisi acara malam hari ini ialah grup hadroh Al-Badar Edi Mancoro. (21/10/22) malam hari.

Dalam mauidzoh yang disampaikan oleh Dr. KH. Muhammad Hanif, M.Hum bahwasanya, ” Masa-masa indah ialah ketika menjadi santri, dimana santri dalam keadaan berjihad (fisabilillah) menuntut ilmu. Santri di pondok dapat melakukan apapun, mengenal siapapun tanpa batasan, dan hal tersebut termasuk anugerah. Santri di pondok itu belajar hidup dan kehidupan,” pungkasnya.

Mafaza Diaul Haq salah satu santriwati Edi Mancoro mengaku, “Menjadi santri itu senang dan menyenangkan. Menjadi santri itu keren dan mampu berkarya meski dalam lingkup kepesantrenan,” jelasnya kepada reporter EM Pres. (Lestari/Nabila/Red)

SPIRIT MAULID NABI MUHAMMAD SAW : MENEBAR EMPATI PERKUAT SILATURAHMI

Em Press- Rutinan acara Selasa Kliwon Edi Mancoro sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, acara ini dihadiri oleh 3 Gus dari pondok pesantren Salatiga. Adapun tema acara ini ialah, “Spirit Nabi Muhammad SAW : Menebar Empati Perkuat Silaturahmi”. Acara ini digelar di Aula Kampoeng Banyu Mili. (10/10/22) malam hari. Dr. KH. Muhammad Hanif, M.Hum selaku pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro, dalam menyampaikan, “Tepat tanggal 10 Oktober, kita memperingati maulid nabi Muhamad SAW, serta mengenang jasa Almgahfurllah K.H. Mahfud Ridwan, L.c, sekaligus menyongsong hari santri nasional 2022,” tutupnya.

Dalam acara tersebut K.H. Muhamad Hanif, M.Hum turut mengundang tiga gus muda Salatiga, yakni gus Saiq Ahmad, Gus Mahfudz, Gus Fahrul. Menurut gus Saiq Ahmad semangat maulid Nabi Muhamad SAW yakni, ” Melihat semangat juang nabi Muhammad melalui perdagangan, maka contohlah dalam berdagang, jika dalam berdakwah, maka zaman sekarang berdakwah sudah bisa memanfaatkan kendaraan dan lebih leluasa terjun di masyarakat,” pungkasnya.

Berbeda dengan Gus Mahfudz menanggapi terkait semangat maulid yakni,” Apapun aktivitas kanjeng nabi kita juga dapat melakukannya, cara meneladani paling aman yakni meneladani para ulama. Yang menjadi latar-belakang dari tema bahwa kanjeng nabi itu manusia, dalam artian manusia yang manusiawi, semangat tersebut dibangun dari kecil, sudah dari kecil nabi yatim piatu namun memiliki empati. Dikala itu nabi menikahi Khadijah seorang wanita yang kaya raya, maka setelah menikah nabi menjadi orang kaya. Nabi merasakan apa yang dirasakan oleh manusia biasa, bagaimanapun juga ketika menjadi seorang santri tanamkanlah rasa empati terhadap sesama jangan bersikap individualis,” tuturnya.

Diakhir Gus Mahfudz menambahkan bahwasanya,” Perspektif intinya yakni memanusiakan manusia, bagaimana cara kita berempati kepada sesama. Ketika terdapat orang kaya maka berbagi dengan orang miskin maka akan mengurangi ketimpangan sosial. Keimanan yang sempurna dimulai dari yang standar. Perbedaan tersebut modal pokok akal setelah menghantarkan keimanan kepada Allah berlemah-lembut dengan sesama. Santri memiliki spiritual mantap sosialnya cakap,” tutupnya. (Lestari/Nabila/Mira/Red)

DZIKIR AJEG SELOSO KLIWON : JOWO DIGOWO, ARAB DIGARAB, BARAT DIRUAT

Kab. Semarang, Em Pers- Pembukaan rutinan dzikir Seloso Kliwon setelah berakhirnya covid-19. Adapun tema acara ini ialah, “Meningkatkan Karakter Santri melalui Nilai-Nilai Kepesantrenan”. Acara ini dimeriahkan oleh grup musikalisasi hadist UIN Salatiga dan grup Seloso Kliwon Edi Mancoro. (5/9/22) malam hari.

Dr. KH. Muhamad Hanif, M.Hum selaku pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro, dalam pengantar hikmah mengingatkan bahwasanya, ” Dalam berkehidupan harus menanamkan tiga hal yakni keikhlasan, kesederhanaan, dan ketawadhuan, karena dengan menanamkan sikap tersebut adalah kunci sukses kehidupan,” tuturnya.

Fatma Nur Azizah salah satu santri Edi Mancoro mengungkapkan kebahagiannya terkait diadakan kembali rutinan dzikir Seloso Kliwon. Menurutnya dengan adanya acara tersebut maka akan menjalin keakraban para santri sekaligus melestarikan budaya. (Lestari, Mira, Nabila/Red)

GUYUP RUKUN UNTUK INDONESIA LEBIH MAJU

Kab. Semarang, EM Pers- Malam Tirakatan dalam memeriahkan kemerdekaan Indonesia yang Ke-77, acara ini dimeriahkan dengan berbagai penampilan dari anak-anak desa dan para santri. (16/08/22) Malam hari.

Dr. KH. Muhammad Hanif, M.Hum selaku pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro, dalam pengantar hikmah mengingatkan betapa pentingnya mendoakan para pahlawan dengan menjelaskan makna hadis tentang 3 amalan yang tidak akan terputus sampai mati.

Joko selaku panitia mengatakan banyak terima kasih kepada seluruh warga gedangan dan seluruh santri pondok pesantren Edi Mancoro yang telah membantu menyukseskan serangkaian acara dari lomba-lomba sampai acara pada malam ini.

Ali Nugroho selaku ketua Rt. 02 Desa Bandungan menyampaikan, “Desa ini sebagai surga, yang mana kita bisa mendapatkan pahala ditempat ini dengan berbagai amalan dan ibadah. Namun desa ini juga bisa menjadi neraka, ketika kita menjadikan tempat ini sebagai hal wujudnya dosa, oleh karena itu mari kita semua menjadikan desa ini sebagai tempat atau ladang pahala bagi kita, dan selalu belajar hal kecil dari setiap sisi kehidupan,” tutupnya.

Nuning selaku santri pondok pesantren Edi Mancoro mengaku sangat terhibur dengan acara ini, yang mana banyak sekali penampilan dari anak-anak desa dan santri yang begitu bagus dan cocok untuk dijadikan bahan belajar dan menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap negara tercinta. (Mira,Lestari,Nabila/Red)

PERINGATAN HARI RAYA IDUL ADHA 1443 H DIISI DENGAN RANGKAIAN SHOLAT IED DAN PEMOTONGAN HEWAN KURBAN

Kab. Semarang, EM Pers- (10/07/22) Pagi hari masjid Darussalam Gedangan . Mulyadi selaku Pemimpin Khutbah menyampaikan bahwa baru saja kita bersimpuh dihadapan allah swt dalam rangkaian menjalankan ibadah sholat idul adha. Idul adha yang khas dengan ibadah qurban sebagai wujud syukur kita kepada allah SWT karena seluruh anggota badan yg kita miliki dangan segala kegunaannya kita dapat menghirup udara dan merasakan kenikmatan lainnya.

Idul adha atau ibadah kurban merupakan bentuk solidaritas sosial bukan hanya sebagai tontonan orang kaya saja”tuturnya”.

Ali Nugroho selaku panitia menyampaikan” alhamdulillah karena kita semua bisa tabarukan pada idul adha ini, semoga kita semua mendapat ridho allah SWT. Semoga yang mengeluarkan kurban dan akikah dapat mendapatkan berkah dan pahala”.

Pada idul adha kali ini masjid Darussalam mendapat 10 sapi dan 4 ekor kambing, semua itu akan didistribusikan bersama di warga-warga sekitar.

Cicih carsih sebagai salah satu jamaah sholat idul adha mengatakan bahwa idul adha kali ini alhamdulillah sudah dalam kaadaan pandemi yang sudah membaik, kami juga sudah diperbolehkan jamaah bersama-sama dan saling berjabat tangan. (Mira, Nabila/Red)

Tata Hati, Tata Niat Agar Dipermudah Dalam Mencari Ilmu

Kab. Semarang, EM Pers- Halal bi Halal, pembukaan Kajian dan Pelantikan Pengurus Lembaga Pondok Pesantren Edi Mancoro. Dan dimeriahkan oleh grub Al-Badar (17/05/22) malam di aula utama Pondok Pesantren Edi Mancoro.

Dimas Bayu Pangestu selaku ketua umum organisasi santri edi mancoro mengatakan, “Semoga dengan acara bisa dijadikan ajang silaturahmi dan saling memaafkan, dan saya mengucapkan minal aidin wal Faizin kepada seganap asatid dan seluruh santri. Dan pada kesempatan kali ini juga saya meminta doa semoga dapat menjalankan amanah ini dengan baik.”

Thoriq Baihaqi Firdaus selalu direktur KDII mengatakan bahwa, “pembukaan kajian akan dimulai hari ini maka mari kita kembali menata niat kita, dan pada tahun kali saya memberi informasi mengenai batas izin adalah sebanyak 20 kali dan akan diadakan pengecekan buku sebagai syarat kenaikan kelas.”

K.H Muhammad Hanif selaku pengasuh pondok pesantren Edi Mancoro mengatakan bahwa, “acara malam ini adalah sebagai pengingat para santri setelah lama liburan, dan karena ini masih dibulan syawal saya dan seluruh keluarga ndalem mengucapkan mohon maaf lahir dan bathin, dan semoga para santri dimudahkan dalam menghafal dan mencari ilmu. Lebaran itu bukan hanya baju baru namun meningkatnya ketaqwaan kepada Allah. Liburan yang panjang kemarin sebagai refreshing dan sekarang mari kita niatkan kembali sebagai ajang fisabilillah. Dengan ilmu kita bisa dimuliakan, dan diseimbangkan juga dengan budi pekerti yang baik”.

(Mira, Lestari, Indah/Red)